Indonesia memiliki sumber daya geothermal potensial terbesar di dunia karena lokasinya yang unik di dekat “ring of fire”. Pengembangan proyek tenaga panas bumi sebagai salah satu sumber energi strategis dan ramah lingkungan telah menjadi prioritas Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan energi terbarukan dari sumber daya panas bumi.

Selain memanfaatkan sumber daya panas bumi yang kaya, proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi sejalan dengan tujuan Pemerintah di mana Proyek Sarulla dapat berkontribusi 330 MW sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk penyediaan listrik 35.000 MW nasional.

Sarulla Operations Ltd (SOL) disponsori oleh konsorsium Medco, Itochu, Kyushu, Inpex dan Ormat. Total investasi proyek ini adalah USD1,7 miliar. Amandemen kedua dari ESC (Kontrak Penjualan Energi) dan JOC (Joint Operation Contract) antara SOL, PLN dan PGE ditandatangani pada tanggal 4 April 2013. SOL telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi terbesar di dunia dalam satu kontrak dengan kapasitas 3 x 110 MW untuk berkontribusi atas kebutuhan listrik di Sumatera Utara.

Proyek Sarulla terletak di distrik Pahae Julu dan Pahae Jae, Provinsi Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara. Unit pertama mulai beroperasi secara komersial pada Maret 2017, unit kedua dioperasikan pada bulan Oktober 2017 dan unit ketiga dioperasikan pada Mei 2018.

Pembangkit listrik geotermal menggunakan bahan baku dari uap dan air panas dari fasilitas produksi dan injeksi dari cadangan panas bumi Silangkitang dan Namora-I-Langit. Pembangkit listrik memanfaatkan geothermal combined cycle units yang lebih efisien daripada pembangkit listrik tenaga panas bumi tipe konvensional. Pembangkit listrik menampung uap dan air panas dari sumur-sumur panas bumi dan menghasilkan energi sepanjang hari sebagai beban dasar pengoperasian pembangkit. Uap kondensat dan air panas akan disuntikkan kembali ke bawah tanah melalui sumur untuk menjaga sumber daya panas bumi yang berkelanjutan.